[FF Special Project] Kim So Eun

Author             : Eun Reyy

Cast                 : Kim Sang Bum, Kim So Eun

Main Cast        : Eugene, Yoon Eun Hye, dll

Genre              : Romantic

Type                : One Shoot

 

 

(oke chingu, ketemu lagi sama fanfic* saya yang gaje … Karna fanfic sequelku yang ‘kau bodoh sekali, ga eul!’ baru bisa terbit bulan depan –ceileehh- jadi bikin os dulu buat menunggu waktu… Once again, jgn bosen sama fanfic aq yang selalu mellow and sad.. Coz mank bisanya bikin crita yang sedih… Dan ini aku persembahkan special buat soeul mates di daerah Kediri dan sekitarnya yg kemarin abis rame-rame nonton ulang Still marry me dan berakhir dengan emosi (semoga kalian bca OS ini dan sdkt membantu) juga soeul mates di seluruh indonesia…..Happy reading…)

 

 

Senyum itu indah, seindah pelangi di matamu

Tawa itu bernada, seirama detak jantungmu

Hati itu ceria, seceria hari yang setia menanti malam

 

 

******

Usiaku 21 tahun. Aku masih menjabat sebagai mahasiswa di Chung-ang university. Di korea, siapa yang tak mengenalku? Aku, putra bungsu dari perusahaan distributor terbesar di negara ini. Dan bisa dipastikan, kelak akulah yang mewarisinya. Mengingat kakakku adalah seorang perempuan. Oya satu lagi, sebenarnya aku sangat tertarik di bidang fotografi.

Aku playboy. Dan semua orang tahu itu. Entah berapa wanita yang pernah aku singgahi, aku tak sanggup menghitungnya. Terkadang aku bingung, mengapa mereka mau menjadi mangsaku padahal mereka tahu bahwa aku playboy. Mungkin karna wajahku yang tampan dan bakatku dalam bidang seni –tembikar tepatnya-, juga senyumku yg biasa mereka sebut killer smile. Entahlah, aku tak peduli. Selagi aku senang dengan hidupku dan bisa bermain-main seenaknya dengan wanita.

Tapi, semua itu berubah …

“Kim sang bum..Ikutlah denganku”, kata seorang didepanku dengan penuh harap.

“Odie?”, tanyaku bingung mengingat baru pertama kali wanita ini berbicara denganku, walaupun aku sudah pernah melihatnya dulu. Wanita itu tetap diam. Kurasa dia sedang berusaha keras menahan air matanya. Aku menghela nafas besar.

“baiklah, Noona. aku akan ikut denganmu..”, ucapku.

Wanita itu mendongak ke wajahku. Lalu tersenyum kecil. Ia melangkahkan kaki menuju mobil. Dan tentu aku mengikutinya dengan membawa kotak kardus berukuran sedang.

“kita mau kemana noona?”, tanyaku lagi pada noona yang kini duduk di sebelahku di jok belakang mobil. Dia tetap diam dan melihat kearah luar jendela. Jantungku mulai berdebar. Merasa ada sesuatu yang tidak beres.

“Apa ini berhubungan dengannya?”, kataku lagi. Wanita itu mengangguk. “Ne.. Ini berhubungan dengannya..”, ujarnya sambil menghadapku dan memperlihatkan wajah cantiknya yang mengingatkanku pada seseorang. Benar saja. Setelah itu jantungku berdetak lebih cepat. Dan otakku mulai menata memori-memori lalu.

***

Hari itu adalah hari Rabu di minggu pertama musin gugur. Aku berlari-lari kecil menghindari kejaran seorang wanita yang baru aku putuskan. Dia tidak terima dengan keputusanku, lalu menangis dan mengejarku. Aku berlari sekencang mungkin dan menggerutu dalam hati “Aish!! Wanita macam apa kau? Membuatku jogging sore-sore begini!”. Aku berhenti di pinggiran sungai Han di bawah jembatan kota. Kurasa wanita itu takkan lagi bisa mengejarku dan….aku lelah, aku butuh air! Sejenak aku berjongkok sambil terus ngos-ngosan. Lalu mulai memutar penglihatanku mengelilingi tempat ini. Gedung-gedung kota seoul terlihat lebih tinggi dari sini. Tiba-tiba mataku berhenti pada seorang perempuan yang duduk sendirian tidak terlalu jauh dari tempatku, kurasa ia seumuran denganku. Aku memperhatikannya. Sepertinya ia sedang asyik menggoreskan pensil di kertasnya. Sesekali ia mendongak ke arah depan, lalu menunduk lagi sambil tetap menggores pensil.

“Hah! Di tempat seperti ini, mau melukis apa?”, ocehku dalam hati. Kemudian aku duduk menyelonjorkan kakiku. Entah mengapa..tempat ini benar-benar sejuk. Hari sudah mulai gelap, dan aku beranjak pulang.

Esok harinya sepulang kuliah, aku menggerakkan motorku ke tempat kemarin. Aku ingin menyejukkan diri lagi. Tapi lagi-lagi aku bertemu perempuan itu. Tetap duduk di posisi yang sama dan dengan tumpukan kertas di tangannya. Aku mengalihkan pandangan, lalu tenggelam di suasana tenang pinggiran sungai ini. Tak kusangka, pinggiran sungai ini membuatku ketagihan. Sudah seminggu, setiap pulang kuliah aku selalu mampir kesini. Dan anehnya aku selalu bertemu dengan perempuan itu. Seperti hari ini. Aku kembali bertemu dengannya. Kali ini aku memperhatikannya lekat-lekat. Dari mulai ujung rambut sampai ujung kuku kaki. Tak ada yang spesial!! Bahkan menurutku penampilannya itu mendekati kuno. Aku mengejeknya dalam hati, “ternyata masih ada perempuan seperti itu”.

Esoknya aku kembali lagi, dengan membawa kamera Canon kesayanganku. Menurutku tempat ini cukup bagus dijadikan objek kegemaranku. Dan lagi-lagi aku bertemu dengan perempuan itu. Duduk ditempat yang sama, dengan model penampilan yang sama. Memakai coat, syal yg melingkar di lehernya, membiarkan rambut panjangnya terurai dengan jepit pinknya. Tapi kali ini ia tidak sedang memegang pensil atau kertas. Ia memakai earphone dengan ipod digenggamannya. Lalu memejamkan mata, sepetinya menikmati lagu yang di dengarnya. Aku menyadarkan diri dari acara komen meng-komen perempuan itu. “Untuk apa aku mengamati perempuan kuno yang jelas-jelas tak kukenal?”, ujarku dalam hati. Aku kembali tenggelam dalam hobbyku. Mengambil gambar di sana sini. Kanan dan kiri. Sebisa mungkin aku mengambil angle yang paling bagus. Malam mulai datang, sudah waktunya aku memutar roda kembali kerumah besarku.

Selesai makan malam aku kembali ke kamar dan mulai berkutat dengan laptopku. Memindah hasil jepretanku kesana. Melihatnya satu persatu sambil memuji-muji sandiri hasil jepretanku. Tiba-tiba aku terkejut ketika layar laptop menampilkan foto seorang perempuan. Tentu saja perempuan ‘tadi’. Tapi, aku benar-benar tak sadar atau malah bermaksud mengambil gambarnya secara diam-diam. Aku hanya memotret, dan menurutku wajar saja jika permpuan itu tahu-tahu tersangkut di lensaku. Aku kembali mengklik next. Tetapi ternyata aku terlalu banyak mengarahkan lensaku ke perempuan itu, karna kudapati hampir limabelas kali wajahnya terpampang di laptopku. Hampir saja aku menghapus semua gambar itu kalau saja aku tak kembali mengamati wajahnya. Karna diambil secara tidak sengaja, jadi wajahnya pun terlihat polos, tanpa rekayasa atau senyum yang dibuat-buat. Ia masih memejamkan matanya dan menikmati musik dari ipodnya. Walaupun begitu, ia masih terlihat manis. Dan bisa di tebak.. aku tak mampu menghapus gambarnya.

Keesokan harinya aku kembali ke sana masih dengan kameraku. Dan kudapati lagi perempuan itu. Kini ia tidak sedang melukis atau mendengarkan lagu. Ia hanya duduk menekuk lututnya dan memandang lurus kedepan. Entah apa yang dilihatnya, tapi kurasa ia senang melihat itu. Terbukti dari beberapa kali senyum yang dilihatkannya. Dan aku tanpa sadar juga ikut tersenyum. Aku kembali mengambil gambar, tapi kali ini aku lebih fokus ke arahnya. Sudah beberapa menit aku menjepretnya, dan sudah berpuluh-puluh gambar hasilnya. Tiba-tiba perempuan itu menoleh ke arahku, tepat ketika lensaku menghadapnya dan sesegera mungkin kuklik tombol capture. Setelah itu aku menyembunyikan kameraku berharap dia tidak marah karna aku mengambil gambarnya. Tapi yang ada ia malah tersenyum ke arahku. Dan…… ya tuhan!! Baru kali ini aku melihat senyum seindah itu. Aku balas tersenyum dan melambaikan tangan. Aku mulai melangkahkan kaki menujunya tapi segera terhenti ketika mendengar terikan seorang wanita..

“Dongseng-ah…sudah gelap, ayo kita pulang!”, ajak wanita yang kira-kira umurnya sama seperti kakakku. Dari cara memanggilnya, sepertinya ia kakaknya. Lalu dia menghampiri adiknya dan memakaikan jaket lagi. Aneh, padahal ia sudah memakai coat yang lumayan tebal. Menurutku seharusnya itu sudah cukup untuk melindungi diri dari udara yang lumayan dingin ini. Malam harinya aku kembali menyalakan laptop dan mentransfer gambar. Aku melihatnya satu persatu. Dan membuat folder khusus untuk gambar-gambarnya.

Tak kusangka, sudah hampir satu minggu aku melakukan hal ini. Mengambil gambarnya diam-diam, yang berakhir dengan senyumnya. Tapi anehnya, sampai sekarang aku belum tahu siapa namanya.

Malam hari aku kembali berkutat dengan laptopku. Saking konsentrasinya sampai-sampai aku tak sadar kalau kakakku, Eun Hye sudah berdiri di belakangku.

“Kau itu tidak sopan sekali membelakangi noona..”, kata noona membuyarkan kefokusan pada laptopku.

“Ah noona, mianh… Ada apa noona datang ke kamarku?”, kataku pada noona yang berdiri di belakang masih dengan baju kerjanya.

“Aniyo.. aku tadi tidak melihatmu di meja makan. Jadi, aku kemari. Ku pikir kau sedang sakit..”, jelas noona yang kini duduk di sebelahku. “Kau sedang apa?”, tanyanya lagi. Aku hanya tersenyum.

“Jadi ini yang membuatmu berubah?”, tanya noona sambil ikut-ikutan melihat laptop.

“Maksudmu?”, aku bingung.

“Ku lihat akhir-akhir ini kau tak pernah lagi membawa wanita ke rumah..”, jawabnya yang justru membuatku bingung. Aku hanya diam.

“Siapa namanya? Wajahnya manis sekali..”, ujar noona seraya pergi begitu saja.

Jujur saja setelah itu aku jadi terus memikirkan kata-kata noona. Berusaha mencerna yang ia maksud.

“Apa!! Apa ia meragukan kredilbilitasku sebagai playboy??!!”, gumamku dalam hati.

Keesokan sorenya, aku kembali tetap dengan kamera canonku. Tapi aneh, aku tak melihatnya hari ini. Ada sedikit kekecewaan dalam hatiku. Tapi segera ku tepis, mengingat untuk apa aku kecewa pada seorang wanita kuno seperti itu. Keesokan harinya aku kembali tapi tetap saja tak kulihat sosoknya. Sampai hari kelima aku mulai bosan dan sifat playboyku kambuh lagi.

Aku mengunjungi klub malam tempat dimana aku biasanya bersenang-senang dengan banyak wanita. Menghabiskan beberapa botol bir dan baru pulang  pagi hari. Tak ada satupun keluarga yang mengomentariku. Hanya saja samar-samar aku sempat melihat noona yang berdiri di depan kamarnya. Lalu memandangku, mungkin ia menyesal mengatakan aku sudah berubah. Tapi..apa peduliku !

Sudah empat hari aku kembali kedunia lamaku. Aku senang, tapi ada sedikit kerinduan di hati. Aku rindu pinggiran sungai itu. Jadi, sore ini aku putuskan melangkah ketempat itu. Aku duduk di tempat biasa, di bawah pohon besar. Lalu aku menoleh ke arah kiri. Tepat dimana perempuan itu biasa duduk. Dan.. terimakasih tuhan, hari ini aku bertemu dengannya. Tapi aku melihat sesuatu yang janggal. Perempuan itu tak lagi membawa ipod atau alat lukis. Ia hanya menghadap lurus kedepan. Dengan tatapan kosong –kurasa begitu-. Lalu kuturunkan pandanganku di pergelangan tangan kirinya. Tertempel plester dan kapas kecil tepat di nadinya. Aku sempat berpikir, dia mencoba bunuh diri. Tapi setelah memperhatikan baik-baik, tidak mungkin itu goresan, itu pasti bekas suntikan atau semacamnya. Ditengah aku sedang mengamatinya, tiba-tiba ia menoleh ke arahku. Tanpa senyum. Hanya beberapa detik. Setelah itu ia bergegas berdiri dan meninggalkan tempatnya. Aku tersentak. Karna walaupun aku tak mengenalnya, aku tak suka kalau ia tiba-tiba meninggalkanku tanpa senyuman seperti itu. Jadi kuputuskan untuk mengikutinya.

Perempuan itu berjalan dengan pelan, sambil menundukkan kepalanya. Aku tetap mengikutinya. Hingga sampailah ia masuk ke pagar sebuah rumah. Aku sedikit terkejut melihat rumahnya yang cukup besar itu. Ternyata dia bukan orang miskin seperti yang kubayangkan. Dia juga kaya. “Tapi..mengapa dia tak memakai baju-baju mewah atau seksi seperti gadis-gadis kaya pada umumnya?”, tanyaku dalam hati.

Esok harinya aku kembali ke tepian sungai. Dan kudapati perempuan itu lagi. Tetap dengan pandangan kosong. Tapi kali ini ia juga terlihat pucat. Sangat pucat malahan. Aku terus melihatnya. Tiba-tiba pandangan kami bertemu. Sekarang aku bisa melihat bibirnya yang memutih. Tapi setelah itu ia segera memalingkan wajahnya dan meninggalkan aku lagi. Aku mengikutinya dengan tatapan mata. Sejenak kemudian ia berjalan dengan limbung sambil memegangi kepalanya. Setelah itu ia terjatuh. Tentu saja aku sangat kaget dan segera menghampirinya. Tapi, belum juga sampai aku ditempatnya, ia kembali melihatku lalu buru-buru pergi. Aku hanya berdiri terpatung menyaksikannya seperti itu.Malam harinya aku tak bisa tidur karna terus mengingat kejadian tadi. Mengingat pergelangan tangannya yang dihiasi plester, mengingat wajahnya yang begitu pucat, mengingat saat dia terjatuh juga saat dia buru-buru pergi ketika melihatku. Aku juga bingung dengan perasaanku sendiri. Mengapa aku terus memikirkannya?

Hari ini aku kembali ke tepi sungai. Tapi tak kulihat perempuan itu duduk disana. Tak berapa lama, akhirnya dia datang juga. Kali ini ditemani peralatan lukisnya. Sejenak aku hanya meliriknya. Setelah itu kembali memainkan kameraku. Aku tak ingin mengambil gambar atau menoleh ke arahnya, karna aku takut ia malah buru-buru pergi seperti kemarin. Sudah satu jam aku duduk, begitu pula dengannya. Setelah itu ia beranjak pulang. Hari ini aku mengikutinya lagi. Sesampainya di rumah ia di sambut oleh seorang ibu tua yang kurasa adalah pembantunya. Kemudian ibu itu berteriak, memanggil seseorang, “Nona eugene.. nona muda sudah pulang”, kata ibu itu. Segera setelah itu, wanita yang disebutnya eugene muncul sambil membawa selimut tipis. “Jadi, benar dia kakaknya.. Namanya eugene, lalu siapa nama adiknya?”, kataku dalam hati.

Malam itu aku kembali membuka foto-fotonya. Dan lagi-lagi aku tersenyum dibuatnya. Foto itu benar-benar natural. Dan semakin terlihat cantik. Apalagi ketika dia tersenyum ke arah lensa. Aku beruntung sekali bisa mengambil gambarnya. Sesekali aku membandingkan fotonya dengan foto beberapa wanita yang pernah jadi korban ke-playboy-an ku. Jelas saja beda. Mereka semua memakai baju-baju seksi yang mahal, dan berpose bak perempuan paling cantik. Tapi tidak dengan perempuan atau adik eugene noona itu. Ia hanya memakai coat dan membiarkan rambutnya terurai. Tapi entah mengapa, aku lebih senang mengamati fotonya. Foto-foto wanita seksi itu tidak bisa memberi kehangatan seperti yang kudapat hanya dengan melihat foto perempuan itu.

Pagi itu aku sengaja berangkat kuliah lebih pagi, agar bisa melewati rumah eugene noona tanpa harus terlambat. Tapi aku tidak bermaksud ingin menemui eugene noona, aku ingin melihat adiknya yang sampai saat ini belum kuketahui namanya. Benar saja, ketika aku sampai di jalan kecil sebelah rumahnya,  perempuan itu berdiri di belakang jendela kaca besar di lantai dua dan menghadap ke barat, membelakangi sunrise. Sedangkan aku dari arah selatan bisa dengan jelas melihatnya. Perempuan itu masih berdiri tegak di dekat jendela. Tiba-tiba eugene noona menghampirinya. Lalu mengatakan sesuatu sambil memberikan botol kecil dan minuman. Entah apa yang dikatakan, tapi kurasa botol kecil itu adalah obat, dan setelahnya perempuan itu meninggalkan eugene noona yang masih berdiri disana. Aku masih menatap jendela itu, berharap dia kembali. Ternyata tidak. Perempuan itu tidak kembali. Yang ada malah eugene noona yang melihatku. Sejurus kemudian aku mengalihkan pandangan. Lalu aku meliriknya lagi. Kulihat eugene noona tersenyum kecil kearahku, lalu membalikkan badan.

Sore mulai menjelang. Aku kembali duduk di pinggiran sungai ini. Tak kutemui perempuan itu lagi. Segera kutepis kekecewaanku mengingat aku tak kenal perempuan itu. Tapi entah mengapa aku sangat berharap dia datang. Sudah setengah jam aku duduk sendiri. Aku mulai berdiri dan membalikkan badan. Tiba-tiba kulihat seorang perempuan berlari kencang ke arah sungai ini. Tentu aku tak asing dengan perempuan itu. Tapi anehnya kenapa dia lari-lari dan kurasa ia juga menangis. Lalu dua orang wanita mengejarnya dari belakang. Itu pasti eugene noona dan pembantunya. Eugene noona mengejarnya secepat mungkin.

“Dongseng-a…!”, teriaknya.

“Nona muda.. Berhentilah.. Jangan seperti itu”, ucap wanita tua di sebelahnya. Perempuan itu kini sudah berada tepat di pinggir sungai. Lalu berteriak dan menangis sekeras mungkin. Eugene noona dan pembantu itu menangkapnya dari belakang. Memeluknya kuat-kuat. Tapi perempuan itu meronta. Meronta kuat sekali. Sedangkan aku yang melihat pertunjukkan ini hanya berdiri terpatung dengan mulut ternganga. Aku bingung, apa yang sebenarnya terjadi. “Nona muda.. Tenanglah…”, kata pembantu itu. Lalu eugene noona memeluknya erat-erat. “Jangan tinggalkan noona sendirian… Aku mohon”, kata eugene noona sambil menangis. Perempuan itu kini tak meronta lagi. Ia diam tapi tetap menangis kencang. Eugene noona merangkulnya lalu mengajaknya pergi. Tapi setelah itu.. Bruukk! Perempuan itu tiba-tiba pingsan. “Nona muda..nona muda..sadarlah!”, kata pembantu itu sambil terus mengguncang tubuhnya. “Kau kenapa? Bangunlah… Aku mohon!!”, kata eugene noona. Aku masih terus memperhatikan mereka. Sebenarnya aku ingin membantunya tapi aku tak mengenal mereka. Sudahlah, kupikir terlalu tega bagiku meninggalkan mereka.

“Noona, ada apa dengan adikmu?”, kataku pada eugene noona. Eugene noona melihatku. “Entahlah…”, gumamnya.

“Sebaiknya segera kita bawa pulang.. Udara sudah mulai sangat dingin”, kata pembantu itu.

“Biar aku yang menggendongnya..”, ujarku.

“Tapi…”,

“Apa kau mau membiarkan adikmu kedinginan di luar sini?”, potongku.

Eugene noona mengangguk. Lalu segera membantuku mengangkat tubuh adiknya dan meletakkan di punggungku. Dan secepat mungkin kulangkahkan kaki menuju ke rumahnya yg tidak terlalu jauh. Sesampainya di rumah besar itu, eugene noona menyuruhku meletakkan adiknya di sofa. “Sudah, rebahkan disini saja”, ujar eugene noona sambil mengelap airmatanya. Aku mengangguk. Lalu pembantunya membawakan segelas air. “Minumlah..”, ujarnya lagi. Entah mengapa saat aku menggendongnya tadi, tubuhnya tidak terasa berat sama sekali. Tapi sekarang punggungku mulai sakit. “Kau boleh pulang sekarang..”, ujar eugene. “Tapi, bagaimana dengan adikmu”, tanyaku berharap agar aku juga bisa ikut menjaganya. “Gwencana..”, ucapnya lagi. Kini aku berbalik badan, dan dengan berat hati meninggalkan rumah itu.

Malam harinya aku merebahkan diri di atas kasur. Memijat-mijat punggungku yang kram. Memutar-mutar pikiran sambil memandang langit-langit. Sebenarnya akupun masih bingung apa yang terjadi. Entah mengapa kali ini aku benar-benar ingin tahu, dan ingin ikut terlibat di dalamnya.

Pukul 02.00 keesokan harinya aku mengarahkan roda ke pinggiran sungai. Hari ini aku sengaja datang lebih awal, dan segera duduk di tempat biasa. Aku mengelilingi tempat ini dengan pandangan mata. Kali ini sangat berharap bisa bertemu dengan perempuan itu. Tapi tak kulihat seorang pun ada di sini. Hatiku mulai kecewa di tambah lagi hujan yang tiba-tiba datang.

“Aish!!”, gumamku dalam hati sambil melindungi kepalaku dengan jaket. Sebisa mungkin aku merapat dengan pohon agar tidak kehujanan, tapi sia-sia saja mengingat hujan yg semakin deras.

“Sepertinya kau membutuhkan ini..”, seseorang dibelakang mengagetkanku. Sejurus kemudian aku menoleh dan bertatapan langsung dengannya. Ya. Perempuan yang sedari tadi kutunggu. Aku masih menatapnya yang sedang membagi payung kecilnya denganku dan membiarkan hujan mengguyur sebagian tubuhnya. Perempuan itu tersenyum ke arahku, dan aku membalasnya.

“Aniyo.. Gwencana..”, tolakku.

“Sudahlah… Lihat wajahmu sudah penuh air..”, ujarnya sangat halus yang membuat aku tak bisa menolak tawarannya.

Kini, aku dan perempuan itu berlindung dalam satu payung. Karna payungnya kecil membuat kami harus merapatkan diri. Aku memegangi payungnya, sedangkan perempuan itu menunduk tepat didadaku. Bisa kulihat wajahnya yang mulai memerah.

“Apa kau baik-baik saja?”, tanyaku. Perempuan itu mendongak, membuat wajah kami dekat hanya beberapa centi. Mata kami bertemu. Lalu terdiam beberapa saat.

“A..aniyo…”, jawabnya gugup sambil mengalihkan pandangan. Aku hanya tersenyum kecil melihatnya seperti itu, mengingat aku sudah biasa dekat dengan wanita.

“Oya, aku sering sekali melihatmu. Tapi tak pernah tau namamu. Siapa namamu?”, tanyaku.

“Aku Kim so eun.. Org memanggilku eunnie”, ucapnya sembari tersenyum. “Dan kau Kim sang bum. Bukan begitu?”, lanjutnya. “Bagaimana kau bisa tahu?”, tanyaku. “Bahkan anak kecilpun tahu siapa namamu..”, jawabnya. “Hm..Kim so eun? Nama yang sangat indah”, gumamku dalam hati.

“Kau suka sekali ke tempat ini?”, tanyaku. “Ne. Tempat ini sangat tenang..”, ucapnya sambil menerawang jauh kedepan. “menurutku juga begitu..”, timpalku.

“Sepertinya kau suka menggambar?”, kataku lagi. “Mwo?? Bagaimana kau bisa tahu?”, tanyanya bingung. “Tentu saja..”, ujarku singkat. “Kudengar tembikar buatanmu banyak disukai orang.. Sayang sekali aku belum pernah melihatnya secara langsung..”,ucapnya sambil menunduk. “Hemm…begitulah! Mau kubuatkan untukmu?”, tawarku. “Jeongmal?”, kepalanya mendongak, dengan tatapan terbelalak. “Ne…”, ujarku sambil mengangguk. Bisa ku lihat so eun yang tertawa lebar tanpa suara. Matanya berbinar-binar. Aku juga ikut tertawa melihatnya. Entah mengapa, hatiku hangat sekali berada di sisinya. Walaupun ini obrolan pertama kami, tapi tak ada rasa canggung sedikitpun. Sangat akrab seperti sudah lama mengenal. Dan kurasa so eun juga begitu. “Lenganmu basah, mendekatlah kemari”, ujarku sambil merangkulnya dari belakang membuat tubuh kami semakin bersentuhan. “Kurasa kita serasi”, ujarku. So eun hanya tersenyum manis sekali. Kemudian ia mendongak lagi. “Wajahmu penuh air.Biar aku mengelapnya..”, ujarnya sambil mengeluarkan sapu tangan pinknya dan menempelkan ke seluruh wajahku. Aku sedikit terkejut, tapi basuhan tangannya membuatku enggan menolak dan ingin terus berlama-lama seperti ini. Wajah kami kembali bertatap. Kini semakin dekat dan dekat. Kulepaskan payung dari genggamanku, membuat gerimis yang menyusup di celah-celah ranting membasahi kami. Lalu tanganku merengkuhnya. So eun memejamkan mata. Ku bimbing bibirku perlahan mendekati bibirnya. Dan LoL!! Bisa kurasakan bibir hangat nan halusnya menyentuh bibirku. Seperti dalam mimpi, aku mencium seorang bidadari. Setelah beberapa menit berciuman, kami melepaskannya. Lalu kukecup keningnya tidak kalah hangat.

So eun menatapku. Sesuatu yang bening keluar dari sudut matanya. Aku segera menghapusnya. “Mengapa kau menangis?”, desahku. “Entahlah…Aku begitu terharu. Tak kusangka aku mendapat yang seperti ini”, ucapnya menahan kebahagiaan. Aku tersenyum dan memeluknya. Bisa kurasakan so eun yang menangis pelan. Tapi kubiarkan saja, mungkin ia masih terharu.

Hujan mulai reda tapi gelap menjelang. “Aku harus segera pulang..”, ucapnya. “Aku akan mengantarmu”, jawabku. Eunnie mengangguk. Segera kami menaiki motor. Kurasa so eun jarang naik motor, terbukti dari wajahnya yang gugup saat duduk diatas boncengan. “Jika kau ingin naik motor ini, pegangan yang kuat”, ucapku sambil meliriknya. “Oya ? Mianh..”, ujarnya lalu merapatkan tubuhnya dan melingkarkan tangan di pinggangku. Sebenarnya aku geli sekali melihatnya seperti itu, benar-benar polos.

“Kk..kau mau membawaku kemana? Rumahku di sana, mengapa kau belok kemari?”, tanyanya bingung ketika menyadari aku tak mengantarnya kerumah. Aku tersenyum, lalu meliriknya. “Malam ini kita berkencan, untuk pertama kalinya..”, ujarku. Bisa kulihat wajah so eun yang merona dari kaca spion. Aku mengajaknya berkeliling menikmati gemerlap Seoul di malam hari. Sedangkan eunnie terus saja mengoceh dan menempelkan dagunya di pundakku. Kejadian seperti ini bukan pertama kalinya untukku. Tapi entah mengapa, aku merasa sangat berbeda sekarang ini. Dan tanpa kusadari aku berjanji dalam diriku sendiri. Berjanji untuk terus menjaga eunnie. Untuk membahagiakannya. Dan paling anehnya, aku berjanji akan setia bersama eunnie, meninggalkan sifat playboyku. Aku bahagia, karna sekarang aku merasa seperti pria sejati.

Keesokan sorenya aku kembali ke pinggiran sungai, membawa kotak tembikar yang kujanjikan pada eunni setelah semalam aku mengajaknya berkeliling dan kuakhiri dengan kecupan hangat dipipinya. Kemarin aku juga bertemu dengan Eugene noona, dia sangat baik padaku meskipun aku menculik adiknya sampai tengah malam. Dan hari ini aku akan memberikan tembikar spesialku untuk eunni. Sayang..Sudah 6 jam aku menunggu, sosoknya tak muncul juga. Tapi aku tak patah semangat. Esoknya aku kembali lagi. Dan menunggu eunni di bawah pohon besar. Tapi tak lama berselang, seorang wanita menghampiriku. Wajahnya sangat lesu dan matanya sembab. Aku menatap matanya yg seakan merasa iba kepadaku. Aku mengernyitkan dahi. Berusaha membuang jauh-jauh pemikiranku yg terus mengatakan bahwa kemari adalah kencan pertama sekaligus kencan terakhirku bersama Eunni. “Kim sang bum.. Ikutlah denganku”

***

Suara alat pendeteksi detak jantung membuyarkan lamunanku. Kini aku dan eugene noona berdiri tepat di depan pintu kamar rumah sakit internasional seoul. Eugene noona membuka pintu. Lalu dengan hati yang teramat gamang aku mengikutinya. Eugene noona mendekati jendela besar di sisi kiri, sedangkan aku hanya berdiri terpatung di ujung ranjang. Aku sangat paham siapa yang tergeletak di atas ranjang. Tapi aku tetap diam dan menunduk. Menahan hatiku yang benar-benar sakit.

Aku mendekati eugene noona dan ikut-ikutan menerawang jauh keluar. Berusah mencari penjelasan dari noona.

“Hari itu, minggu pertama musim gugur, eunni pulang dari pinggiran sungai dengan wajah yang sangat bahagia”, ujarnya menambah teka-teki yang tak ku pahami ini.

“Tidak biasanya adikku seperti itu..”, ucapnya lagi. “Maksudmu?”, tanyaku sekadar memancing untuk menjelaskan lebih jauh. Eugene noona menoleh ke arahku dan menarikku keluar ruangan. Kami pun duduk di kursi tunggu tepat di depan kamar. Kami kembali tegang. Noona mengambil nafas besar kemudian bercerita panjang lebar.

“Orangtuaku meninggal, 2 tahun yang lalu karena kecelakaan pesawat. Sejak itu aku hanya hidup dengan adik dan seorang pembantu. Aku harus berusaha keras mengelola perusahaan yang ditinggalkan orangtua kami. Sedangkan eunni, ia menjadi anak yang murung, tertutup dan terus bersedih. Aku bisa memakluminya, mengingat orangtua kami yang selalu memanjakan kami..”, ujarnya. Aku terus menatap wajah noona yang tertunduk. “Lalu?”

“Lalu aku mengajak eunni pergi berkeliling. Aku mengajaknya ke Belanda, Paris, Singapura dan Indonesia. Sebisa mungkin aku akan membuatnya kembali bersemangat..”, terangnya.

“Apa kau berhasil?”, tanyaku.

“Ya.. Tentu saja. Aku berhasil membuatnya kembali tersenyum. Tapi itu tidak lama..”, ucapnya menggantung. “Maksudmu?”, aku semakin bingung. “Tapi itu tidak lama.. Setelah eunni sering mengalami pendarahan hidung, dokter menyatakan bahwa ia menderita penyakit kronis stadium akhir..”, jelasnya. Jantungku berdetak lebih cepat. Pelipisku seakan nyut-nyutan. Dan badanku gemetaran. Aku tak mampu bersuara sepatah pun.

“Sejak saat itu adikku kembali murung. Setiap sore ia pergi ke pinggiran sungai lalu melihat sunset di sana. Walaupun aku khawatir, tapi aku membiarkannya. Kufikir dengan cara inilah adikku bisa sedikit bahagia. Hingga akhirnya sore itu aku kembali menemukan tawa eunni yang menghilang. Kau tak tahu betapa bahagianya aku saat itu. Sore itu juga eunni mengajakku makan malam diluar. Dan ketika itu aku baru mengerti apa yang membuatnya bahagia”, ucap noona. Sejurus kemudian ia menoleh ke arahku yang masih terus menyimaknya. Ia menjulurkan sebuah kotak sedang bewarna pink. Aku menerimanya dengan hati galau juga bingung. Dengan sangat pelan aku membuka kotak itu, yang ternyata isinya adalah perlengkapan lukis dan headphone. Aku mengeluarkan tumpukan kertas dari dalam kotak lalu membuka-buka dengan sangat hati-hati. Dan… Betapa terkejutnya aku ketika melihat tumpukan gambaran sketsa itu. “Kurasa inilah yang di sebut kekuatan cinta”, ujar noona kepadaku yang masih serius dengan gambar-gambar ini. Mulutku menganga dan mataku terbelalak melihat satu persatu kertas ini. Bisa kulihat sketsa diriku disini. Aku yang tengah berjongkok karna terlalu lama berlari. Aku yang sedang memegangi kamera. Aku yang sedang bersandar di batang pohon. Dan masih banyak aku-aku lainnya…

“Hingga aku sadari adikku mencintai seseorang. Untuk itulah aku tak asing saat melihatmu di jalanan sebelah rumahku. Sepertinya aku harus berterimakasih padamu… Tapi ternyata tidak, takdir berkehendak lain. Tuhan tetap menginginkan adikku kembali. Hari itu, eunni mengalami pendarahan. Dan dokter mengatakan bahwa hidupnya tak akan lama lagi. Eunni yang mengetahuinya sangat terpukul dan berlari ke tepian sungai. Kau masih mengingat hari itu kan? Kau menggendong eunni. Jika saja eunni sadar, kujamin ia akan sangat bahagia. Malam harinya eunni menangis di pelukanku. Ia takut diambil tuhan, dan tidak bisa melihatmu lagi. Ia belum mengungkapkan perasaannya padamu. Kau tahu betapa hatiku hancur saat mendengarnya. Aku terus berdoa agar tuhan memberikan adikku kesempatan terakhir..”, ucap noona sambil menahan air matanya. “Kesempatan terakhir?”, tanyaku.

“Ne.. Dokter memvonis adikku yang tidak akan bisa merasakan valentine tahun ini. Kemungkinan besar tahun kemarin adalah valentine terakhirnya.. Adikku… Mengidap leukimia…”, ucap noona terbata-bata. Jedeerrr! Bom seperti meledak tepat di telingaku. Sebilah pisau seakan sedang menyusuri jantungku.

“Aku sangat bahagia akhirnya kau berkencan dengan adikku kemarin. Apa kau menciumnya? Apa kau memeluknya? Benar? Ya, seharusnya begitu. Walau kemungkinan besar itu adalah kencan terakhirmu bersama adikku..”, ucap eugene noona dengan sangat miris.

“TIDAK!!! Aku mencintai kim so eun!! Aku sudah berjanji untuk terus bersamanya.. Dia tidak akan pergi! Aku akan membuatnya terus hidup”, ujarku penuh emosi. Segera aku berdiri meninggalkan eugene noona dan masuk ke kamar eunni. Lagi-lagi kudengar suara tit tit tit yang sangat kubenci itu. Perlahan aku mendekati so eun. Bisa kulihat wajahnya yang pucat, dan selang berdiameter 1,5cm yang menjulur ke mulutnya, Sepertinya itu sakit sekali. Walaupun dengan hati pedih, aku berusaha tegar disisi so eun. Eugene noona menuju arah jendela dan membelakangi kami. Tapi bisa kudengar isakan tangisnya yang makin menjadi. Aku memegang erat tangan so eun. Sekedar memberi isyarat bahwa jika kau pergi aku akan ikut bersamamu. Lalu kususuri wajah manisnya yang kemarin masih tersenyum di boncenganku. Aku memegang lengannya yang kemarin basah karna membagi payungnya denganku.Sekuat mungkin aku menyembunyikan hatiku yang amat dan teramat rapuh.

“Kim.. So Eun? Eunnie? Namamu itu indah sekali.. Mirip dengan namaku.. Bukan begitu? Lalu, setega itukah kau pergi meninggalkan aku dan kakakmu yang senang sekali dengan nama indahmu itu??”, ujarku sekedar menghibur so eun. Bisa kudengar tangisan eugene noona yang menjadi dan kurasa ia tak sanggup menoleh ke arah kami.

Aku mendekatkan bibirku ke telinga so eun. “Lihat! Aku membawa tembikar untukmu. Kau tahu, semalaman aku tidak tidur untuk membuat tembikar ini. Aku membuatnya dengan perasaan penuh cinta, dan ini special untukmu eunni. Andai saja kau dapat membuka mata dan melihat tembikar ini, aku akan sangat bahagia..”, ujarku diiringi tangis noona.

“Apa kau dengar tangisan kakakmu, eunni? Kau pikir, mengapa dia menangis? Bukankah kau tak akan meninggalkan kami?  Benar kan, kau tak akan meninggalkan kami”, ujarku lagi tetap untuk memohon pada so eun sekaligus menghibur diri.

“Oya, aku sudah melihat lukisanmu. Walau hanya dengan pensil, tapi menurutku itu sangat indah. Mengapa kau menggambarku secara diam-diam??… Hm, tapi maaf aku juga sering mengambil fotomu secara diam-diam. Selain tembikar, aku juga suka memotret. Jika kau sadar nanti aku akan menjadikanmu modelku. Kau mau kan? Oya, kita baru sekali berkencan, apa kau tidak ingin berkencan lagi? Kita bisa pergi ke bioskop, bemain ice skating, pergi ke tempat yang indah, atau melakukan apapun yang kau inginkan..”, ujarku menahan tangis yang kurasa sebentar lagi akan meledak. Eugene noona semakin sesenggukan.

“Apa kau akan membiarkan aku menikmati valentine sendirian?”, ucapku miris sambil membelai rambutnya. Sesuatu yang bening keluar dari sudut matanya. Membuatku tak sanggup menahan rahangku yang bergetar menahan tangis. Seketika air mataku tumpah.

“Be The Last For Me, please…..”, bisikku tepat ditelinga so eun. Dan… seketika kurasakan jarinya yang mulai bergerak…..

 

 

The End

 

 

(Leave comment plissss….. Kamsahamnida)

 

 

Buka page Question & Answer apabila ada yang ingin ditanyakan
Buka dan isi data kalian di page Mates untuk perkenalan dan berkenalan dengan mates/reader yang lain
Lihat page How To Join untuk mengetahui bagaimana cara mengirim ff
Buka Library (sequel or one shoot) untuk melihat ff yang sudah dipost
Buka http://bumssoindo.wordpress.com untuk mengetahui news terbaru dari Kim Bum dan Kim So Eun
Follow our new twitter @bumssoindo dan mention saja bila ada yang ingin kalian tanyakan (usahakan untuk tidak menanyakan masalah privasi Kim Bum dan Kim So Eun ^^) *fans Korea sangat menjaga privasi artis mereka*
Like Kim Bum dan Kim So Eun fanbase on facebook BUMSSO INDONESIA

 

P.S.: please…… no bashing, no spaming, no hotlink !! ^^

NB: JANGAN COPY-PASTE FF YANG ADA DI SINI TANPA SEIZIN AUTHOR DAN ADMIN DI SINI… APALAGI SAMPAI TIDAK MENCANTUMKAN NAMA AUTHOR DAN SUMBERNYA

Tags: , , ,

About bumssoindo

We are fanbase of BUMSSO (Kim Bum and Kim So Eun) from Indonesia

61 responses to “[FF Special Project] Kim So Eun”

  1. pucha says :

    annyeoooonnnnnnggggggggg authorrrrr…………

    huaaaaaaahuaaaaaaaahuaaaaaa……nangis sampe banjir saya di bahu yesung…
    hadew pas baca ni ff sambil dengerin lagunya park hyo shin “i promise u” malah tambah bikin banjir ni air mata…..*authornya harus tanggung jawab,,harus bikin sequelnya –>>maksa hahaha

    kereeeeeeeeeennnnnnn banget ceritanya,,,apalagi part2 terakhirnya,,pas kim bum ngomong sama soeun,,bener2 menguras emosi untuk nangis hahaha
    1000 jempol gajah saya kasih q^^p

    gomawo
    _bow_

    • Eun Reyy says :

      anyeeong jugaaa….
      wah makasih banget nih udah mampir buat baca ff gaje aq n ninggalin komen…
      qm ska lagu itu? kbetulan aq jga ska… hehehe

      woww,, 1000gajah? jadi apa ntar rumah aq??
      untuk sequel, sbenernya aq dah bikin jdulnya “Kau bodoh sekali, ga eul!”, tpi untuk part selanjutnya bru bisa terbit maret, krna ini kan masih khusus special project…
      okey…

  2. Niiz says :

    Huaaaaaaaaaaa daebak, great, kren, mantap, mengharukan 😥

    Aku n bumbum yg bcanya ampe nangis 😥

    Beneraan de bruu pertamaa bcaa yg giinii !

    Bkin specialnya lg dunk *bnyk maunya*

    • Eun Reyy says :

      gomawo gomawo niiz….
      hahaha… jangan nangis donk, masa valentine gini nangis sih….
      oke.. thx yak udha ninggalin komen… untuk specialny tunggu waktu aja deh…

  3. Mii-kun says :

    Oh My Gee……… –” nangis bombay deh……huaaaaaaa……

    Yaa amplop sedih bgt ni OS……………. -.-”
    Bikin FF sequel dong……kan seruuuuu…………

    Good job author………
    Saiia suka~suka~suka…….. ^^

    • Eun Reyy says :

      hehehe…
      gomawo yak….
      untuk sequel, aq udah pernah buat kok…
      coba chingu cari di library, pasti ada nama aq… (aduh lebay nyaaa)

      good job too…

  4. Kim So In says :

    Wah…
    Gila sedih banget…
    Author hrs tanggung jwb ni bqn sequel’a *maksa bngt*…..

  5. anisa_bumsso says :

    kereeennn..
    .
    bkin nguras airmta neh!
    .
    pa lgy wktu trakhir kim bum ngmong k so eun..
    .
    tp akhirx gmn neh? jd? so eun te”p hdup pa gmn?
    @.@

  6. Rifah says :

    Annyeong..

    Author,
    salam kenal ya.

    BTW,
    ko cma sgitu crita’x ?
    Minta sequel’x donk..
    🙂

  7. Nhaa JooNie says :

    Huwaa .. hiks .. hiks ..
    saya menangis meraung2 sambil guling2an untung di tamenin Onew oppa .. ^ plakk# Lebe gila ..
    Cerita’y bener2 bikin terharu .. Author harus tanggung jawab !!!
    Bikin sequel’y .. Kalo enggak saya tuntutt loh .. ^ abaikan
    Seru .. suka banget, apalagi pas kim bum ngomong ke so eun .. beuh, kata2’y bikin air mata turun dengan sendiri’y ..
    tapi ending’y kok kaya menggantung eaa ??

  8. qieqi_bumsso says :

    wah ceritany mengharukan kli,,,
    kerennn…..
    aku suka,,,aku suka,,,aku suka,,,

    harus d’bwt sequel nue,,,
    apalgi yg pas part2 terahirny…
    pas kim bum ngmng am so eun…
    q jd nangis bacany…

    buat sequel ych,,,
    please….*maksa bgt*…

  9. laras says :

    Huwaaaa terharu, beneran sampe nangis aku bacanya, lanjutin dong kalo Ga buat yg spesial partnya, yayayaya :p
    suka bgt pas si Kim bum nyium so eun pas lg ujan, yg terakhirnya bener bener menguras air mata, keren, bagusss bgttt :p

  10. Rara bumssoeul says :

    Hadduwh CHINGU malam2 begini kau echhh maksud saiia ost nie membuat saiia banjir air mata…

    .huhuhuhiks
    . Kyak na besok pagi ke sekolah MATA ku pasti sembab!!

    . Chingu. Cerita mu ini adlh cerita yg pualinggggg THE BEST!!!

    . IYA bikin part spesial na dounk..
    Hhe.hhe.hhe

  11. firyalyaa says :

    —aaaa ceritanya bagus bangeeet! sampe nangis bacanya 😥

    oya, ceritanya ngegantung banget. gimana kalo di buat sequelnya? di jamin banyak yang suka. meski critanya sad, tapi keren banget! di tunggu buat sequel atau two shoot nya 😀

  12. rosiyani 'oci' says :

    ahhhhhh onnie berhasil buat aku nangis setelah baca ini… huhu 😦
    hiks, kenapa onnie suka yang sedih2 sih???
    diterusin coba mpe ada keajaiban eunnie bs sembuh dari sakitnya dan bahagia ma bummie… hhu…
    bagusssssssss onnie tapi sangaaaaaat sangaat sedih :(((

  13. Eun Reyy says :

    oke deh buat semuanya, makasih udah mau baca OS gajeku ini…..
    maaf banget yak, kalo author bkin kalian nangis di white day’s gini…. hehehe

    Oyha, untuk sequel.. mending ngikutin sequel aq aja dulu yg sekarang masih delay.. (open library!)
    tunggu ntar maret yak…
    maaf jg klo critanya ngegantung.. sbenernya mksdny tuh si so eun sadar gituu…. ntar kalo di lanjut bisa-bisa lebih dr 12 halaman lagi….
    okey…

  14. jenar nisita bumss says :

    buat eun rey alias reyla….
    hahaha..ga nyangka lo bisa bkin OS ini…
    gue tetep tunggu yang Kau Bodoh Sekali ga Eul …..

  15. jenar nisita bumss says :

    buat eun rey alias reyla….
    hahaha..ga nyangka lo bisa bkin OS ini…
    gue tetep tunggu yang Kau Bodoh Sekali ga Eul …..

    fighting reylaa……
    jgn kaget krna gue nongol disini.. hahahaha…. geje…

  16. shavira putri says :

    huahh..
    keren bgt ff ya,berhasil membuat aku menangis :’)
    aku suka bgt sama ff ya..
    ayo dong bikin sequel yaa..#maksa

  17. dae says :

    wahaaaa
    seru sedih terharu saya bacanya :”)
    wah serada gantung nih

  18. Ameliana Paisley says :

    sedihh bgt crita.a ..
    salut deh wat author .. 😀
    suka bgt ma nii ff ..
    eonn bkin sequel.a dongg .. hhhe

  19. citra a aprilia says :

    Huaaaaaaaaa author kau sukses buat aku menunda tidur dan mewek malem”.
    Good job, tp endingnya kok nge gantung?
    Abis gerakin jari, gmn keadaan so eun?

  20. klarissaa 'kediri loved bumsso' says :

    wawawahh
    kak rey, sedih nih…

    iya os nya bikin qt terobati sama still marry me..
    jadi nyesel nonton itu kak…

  21. puput bumsso says :

    uuhh air mata qu tumph smua.. hiks hiks
    sedih n romantis bgt critany……

  22. Nabila Watanata says :

    Ceritanya bagus banget T-T kereeeen XD
    bikin sequel nya dong ^^

  23. merli bumssoeul says :

    Author gantung …
    Soeun sembuh ya ?
    Hwaaaa mewek sedih banget tapi so sweet seorang playboy takluk terhadap wanita yang kuno dan penyakitan .

  24. Atin says :

    Aduh saya hbs ngs sesenggukan mikir nasib dr kmren nglmr kerja ga diizinin ortu,begitu diizinin posisi dah diisi..malangnya *eh malah curcol* #abaikan
    Nee bikin sedih pula,tp air mata keburu hbs,tp adegan kissingnya romantis.,
    Wajib bikin sequelnya nee keliatannya..hehe
    5jempol dech buat author *yg 1 pinjem jempol cp coba?!* 😀

  25. diramzahra says :

    huwaaaaa nangis nangis bombay saiia huhuhuhhu*ngabisin tisue tetangga*
    sedih bgd berharap ntar soeun bisa sadar trus nikah ma bum
    keren sai osnya,bkin lg ya?

  26. intan bumsso says :

    huaaaaaaaaaa nagis baca os ini. akhirnya nanggung nih, tapi tetep bagus kok. lanjutin aja dong, bener bener nanggung nih nangisnya.

  27. biniminhoaja says :

    annyeong 😀
    kalo bisa bikin sekuelnya dong,nanggung soalnya wkwkwk
    kesian juga si eugene 😦 keren keep writing 🙂

  28. RiriAngels says :

    Hiks hiks hiks T.T
    Sesek nafas bc.a
    Sedih Bgt
    Ya Allah
    Gemeteran saya T.T
    Tapi ROMANTIIIIIIIIIIIS XD
    Ciuman di tengah hujan,
    Kencan di Malam hari howaaa So Sweeeet
    Itu di akhir tgn.a eunnie brgrk
    Brrt dia Gak Meningkal Kan..
    Hehehe
    KEREEEEEEEEEN BGT thor hahaha

  29. kimkimi says :

    jujur saya mau nangis baca ff kakak T.T
    pertamanya kau kira so eun gila loh *ditimpuk angel*
    hehehe mian tpi ternya huwa mudah2an kim so eun sadar n bisa ama kim bum

    Aku suka ff nya buat author ayo bikin sekuelnya 😀

  30. chella says :

    waaahhhh…..lanjutannya mana????!!!!!!

    huaaaa…..lanjutin dong pengen tau akhirnya….keren! asli!

  31. ashillach says :

    waa, bgs banget….
    bacanya langsung nangis, kata-katanya jg puitis & menyentuh
    bs dbwtin ver. sequelnya gk?

  32. Ina BeQi Soeulmates says :

    huwaaaaaaaaaaaaaaaaa
    ya allah saya nangis baca ini……..
    terharuuuuuuuuuuu……………..
    ga nyadar airmats tiba” keluar..
    DAEBAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKK
    KEERRRRREEEENNNNN
    hrs ad sequel.a nih coz eunnie kan mau sadar tuuuuhhhh……
    nanggung nanggung..
    hayo buaaaattt lagiiiiii
    *maksa*
    heeuheuuuu

  33. Viqa_BumsSoeulindo says :

    omo !!!!!
    authorrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr, , ,

    kau membuatku menangis dipelukan my nampyeon joo woon and my soulmet kyuhyun, , huhuhu

    keren !!!
    emang author ini hoby ya buat orang berurai air mata,keke

  34. dhia says :

    love this ff….
    very very love…
    just can make me cry for one week…

  35. fianacassieopeia says :

    Ah…kalau ini mah gantung banget…#digantungauthor
    tp manis….suka ngebayangin bomso naik motor berdua n si so nempelin dagunya d pundak bum..kyaaaaaaaa*epilepsi
    ok..anyyeong…saya reader baru dsni..:)

  36. sweetmallows says :

    aaaah saya nangis pas baca OS inh TT____TT yaampun sedih banget. Semoga so eun sadar dan jadi happy ending with kim bum :’) semua jempol aku buat author deh, hebat banget cara nulis OS-nya sampai berhasil buat para reader-nya nangis bombay XD Buat sequelnyaaaaaa pliiiis!! 😀

  37. Jia says :

    Wuaah… Sad3x,…
    Kok ngerasa gantung ya? soalnya itu so eun udah sdar atau akhirnya tambah sad.?
    Ada sequelnya thor..?

  38. nike lov smile says :

    cbaa ad lnjutan nya author
    sedihh aa yaa

    good job author 🙂
    ditunggu ya FF slnjut nya

  39. VinsaQ says :

    ahhh, keren banget Authorrr:D lanjutin donggg, ditunggu ya :p

  40. Syifa suju says :

    Annyeong…
    Hua;-(…
    Sedih, pi penasaran apa unnie soeun sadar or berpndh alam! Admin sukses membuat pembaca terbawa alur cerita:-)

  41. kikikyuuu says :

    keren!menitikkan air mata bacanya..
    tapi endingnya jd gmn ya?aku bingung -_- hahahaha
    tapi keren bgt kata2nya suer deh hehehe 😀

  42. purna says :

    keren bangettt
    kalo bisa bikin part specialnya dong
    Hwaiting

  43. pavita says :

    Waa sedih 😦

    Ada kelanjutannya ngak ?

  44. airini says :

    mata aku perih bacanya…kayaknya karena radiasi deh, jadi merah gitu T.T seru hoooor! lanjutkan!

  45. cucancie says :

    Kyaaaa….knp ceritanya ngegantung….padahal bagus bgt…sedihh…ada lanjutannya kah??

  46. JJ says :

    Kerennnnnn,bikin sequelnyaaa dong 🙂

  47. Aulia Azizah says :

    hikssss…..
    hikssss……………..
    bsok jdi gk bsa ujian skolah dehh
    karna berat sm mata yg hbs nangiss ;;(((((

  48. Wietv5xq says :

    Hiks hiks hiks hiks hiks…….
    Author lanjutin dunk bkin squale’x
    pliiiizzz gomawo
    fightingggggg

  49. shania says :

    Huaaa…. 😥
    Sdihh bngett…
    Tpi agk gntung dkit ceritanya 😀
    Tpi bgus thorr

  50. Evira ElsAbiyya says :

    Huhuhuhu… u,u
    Sumpah ep ep nya sad nya pakek bgt, romancenya kgk nguatin *sambil nangis di jamban*

    Pkoknya te o pe thor…. (y)

  51. wie6002 says :

    walaupun telat baca’x , telat koment tapiiii aku sudah baca berulang kali dan hasilnya aku bener2 terharu
    Ikut merasakan sakit yang so eun rasakan , cinta yang bumsso rasakan dan kesedihan yang eugene unnie rasakan dan juga senyum eun hye saat melihat kim bum berubah

    Author fighting
    di tunggu ff bumsso yang mengharu-biru lagi
    Fightinggggg

  52. Mia says :

    Ko’ endingxa ngegantung sih

Leave a reply to Niiz Cancel reply